Lana
Langit di atas istana Abyssal Hollow sudah mulai menggelap, dihiasi guratan jingga terakhir dari matahari yang baru saja tenggelam.
Aku berdiri di depan Raja Demon, mengenakan pakaian perjalanan yang masih kotor dan penuh debu. Di belakangku, Lucen, Sylas, Kaelith, dan Ezric berdiri diam, meski sorot mata mereka menunjukkan kelelahan yang tak bisa disembunyikan.
"Jadi… mereka benar-benar memilih perang," gumam Raja Demon pelan, mengelus janggutnya yang hitam pekat.
Aku mengangguk. "Tapi tidak sekarang. Mereka menundanya sampai bulan akhir tahun depan"
Raja mengangkat alis. "Berarti kita punya waktu."
Raja Demon bangkit dari singgasananya. Wajahnya serius, tapi bukan murka—melainkan tenang dan penuh perhitungan.
"Lana," katanya, menatapku langsung. "Terima kasih atas kerja kerasmu. Kau benar-benar baik hati dan sangat berani."
Aku membungkuk pelan. "Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Kebenaran"