Cherreads

Dua Pewaris Takdir Di Dunia Yang Tidak Pernah Ada

Manusia_Jiwa
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
314
Views
Table of contents
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

📖 Bab 1: Tombol di Dekat Pintu

"Gw bilang juga apa, tombol merah tuh selalu bikin masalah."

Nexus berdiri kaku di tengah ruang tamu rumahnya. Kaki telanjang, rambut berantakan kayak abis disetrika, dan... yah, masih pakai celana pendek bolong yang biasa dipakai buat tidur. Di sebelahnya, Ezral—temannya sejak SD yang sekarang jadi ahli pencet-pencet sembarangan—senyum-senyum gak bersalah.

"Aku kira itu tombol bel pintu," kata Ezral dengan suara paling tidak berdosa sedunia.

"Nex, Pertanyaan nya SIAPA JUGA YANG MAU NARUH TOMBOL DIDEKET PINTU!!"

Sebelum perdebatan mereka bisa lanjut, lantai bergetar pelan. Lampu berkedip. Udara jadi lebih dingin.

Sebuah cahaya biru muda menyembur keluar dari celah dinding dekat tombol itu.

Dan ya, seperti film-film yang biasanya mereka ejek karena "masa sih cuma gara-gara tombol", mereka tersedot masuk ke dalamnya.

🌌 Beberapa Detik Kemudian…

Nexus membuka matanya.

Hal pertama yang dia lihat adalah langit. Tapi... bukan langit biasa.

Ungu gelap, bertabur bintang yang gak dikenal, dan awan kristal yang diam di tempat.

Kayak screensaver laptop orang kaya.

"Gue... pingsan?" gumamnya.

Dia duduk perlahan, masih limbung. Di sebelahnya, Ezral lagi berdiri bengong, mulut terbuka lebar, kayak ikan cupang gagal open BO.

"Gila, tempat apa ini…" bisik Ezral.

Sebelum Nexus sempat menjawab, tanah di depan mereka retak.

Dari celahnya, muncul seekor ular hitam raksasa, matanya merah membara.

Tapi anehnya... ularnya diam. Seolah cuma menatap.

Tak jauh dari situ, dalam semacam kristal bercahaya, tampak seekor ular bercahaya—tertidur, dibungkus rantai perak raksasa yang terlihat seperti... petir yang membeku.

Nexus menatapnya.

Jantungnya berdetak tak beraturan. Ada sesuatu dalam dirinya...

Sesuatu yang bukan dirinya...

Yang ingin bicara...

"Heavenly Serpent."

Suara itu keluar dari mulutnya. Tapi dia sendiri kaget.

Dia menutup mulut, menatap Ezral.

"…itu barusan gue yang ngomong?"

Ezral nyengir sambil angkat bahu.

"Kalau bukan lo... jangan-jangan itu Khodam Lo Lagi?"

Nexus melotot. "Ini bukan saatnya bercanda, Zal!"

"Maaf, maaf! Refleks kalau panik gue suka jadi kocak."

Langit mulai gemuruh. Tanah berguncang pelan.

Seolah... dunia ini merespons nama yang barusan disebut.

Nexus dan Ezral saling pandang.

"Zal," kata Nexus, perlahan berdiri.

"Gue rasa... kita lagi gak di bumi."

Ezral mengangguk pelan, napas tercekat.

"Gue rasa... kita masuk ke dunia yang… tidak pernah ada."