Seperti biasa jika ada waktu luang Storm dan Arabels tengah bersama ditaman sekolah Zirzota Elite High School. Terutama Arabels, dia benar benar tergila gila bahkan terobsesi tidak bisa jauh dari pacarnya.
Storm hanya menemani pacarnya dengan berbagi cerita saja, dia sama sekali tidak tertarik dengan liburan apalagi hal yang seru lainnya.
"Kau tahu Ara, siapa Leorin dan Vione?"...
Storm memberi pertanyaan dengan topik candaan kepada pacarnya untuk bermain teka teki.
Arabels meletakkan jari telunjuknya didagunya seolah dia sedang berfikir. Namun tidak lama,
"Aku tidak tahu kak! Tapi siapa Leorin dan Vione?"...
Gadis cantik itu dengan mata berbinar bertanya penasaran apakah nama dua tokoh itu termasuk cerita.
Arabels kesulitan menebaknya, dia menyerah karena memang tak pandai dalam hal cerita dongeng sebelum tidur.
Storm tersenyum kecil mendengar jawaban pacarnya yang menyerah lebih dulu.
"Tidak, Leorin Harleys dan Vione Claurueus adalah cerita dongeng buatan Asryn Zyns...
"Cerita dengan judul A True Knight!"
Storm berkata dengan sedikit tertawa bahwa dua nama karakter itu bukan cerita asli, melainkan cerita fiksi atau buatan dari salah satu tokoh terkenal dimasanya.
Dengan mengingat sejarah dimana Asryn Zyns hidup dimasa abad terakhir, pastinya banyak manusia saat ini jarang mendengar namanya.
Apalagi mengenalinya jika dia salah satu tokoh penulis dengan karya terbaik dieranya dulu.
"Wow? Dia sangat menginspirasi sekali?"
Arabels mengangguk mengerti tentang penjelasan sang pacarnya.
Ternyata belajar sejarah juga itu penting, terutama mengingat nama tokoh dimasa lampau dulu. Meskipun sebenarnya karyanya hanya fiksi atau buatan belaka.
Akan tetapi karyanya tetap diakui meski tak pernah dianggap oleh dunia.
"Tetapi masa abad terakhir itu apa kak? Aku penasaran sekali mendengarnya?"
Arabels bertanya kepada Storm sambil menggenggam erat kedua tangannya.
Dia bangga sekali mempunyai pacar sangatlah cerdas meski dia bukan seorang guru sungguhan. Namun jika merujuk pada apa yang diajarkan olehnya, maka pacarnya terbilang sangatlah cerdas melebihi semua guru.
Hanya saja pacarnya selalu merendah jika dia hanya kebetulan saja.
"Jadi abad terakhir bertema pada sebuah era dimana era itu adalah era terakhir bumi berotasi secara total...
Storm mulai menerangkan semuanya tentang abad terakhir atau The Last Era of Earth Ago.
Dimasa itu adalah masa terakhir umat manusia hidup dengan modern, sebelum akhirnya para alien monster menginvasi bumi.
Maka abad terakhir musnah begitu saja, dan digantikan dengan era saat ini yaitu dimana bumi berada dimasa depan.
Semua teknologi ataupun benda apa yang diciptakan semuanya serba canggih.
"Bisa dikatakan abad terakhir adalah masa terakhir umat manusia belum melihat kemunculan para monster...
"Abad terakhir dinamakan meruju pada akhir peradaban manusia dimasa lampau sebelum alien monster bermunculan!"...
Dengan sabar Storm menjelaskan panjang lebar tentang pertanyaan Ara pacar gadis cantiknya itu.
"Aku mengerti sekarang kak!"
Arabels mengangguk cepat dan memahami semua penjelasannya.
Ternyata abad terakhir menyimpan masa yang indah namun pada akhirnya harus musnah akibat munculnya para monster.
Dan abad terakhir dan sebelumnya saat ini bisa dikatakan sebagai cerita fantasy, sebab itu entah nyata atau tidak, tidak tahu pasti.
"Tetapi kakak besok adalah hari terakhir mengajar sebagai guru? Aku sedih jika kita tidak bisa bertemu kembali!"...
Namun raut wajah cantik Arabels berubah cemberut dan sedih karena besok adalah perpisahan mereka berdua.
Storm merasa lucu melihat pacarnya yang sedih, Ara tidak terlihat sedih namun imut menggemaskan untuk dia lihat.
"Tenanglah, kita bisa bertemu kapan saja...
"Namun aku tidak bisa memastikannya dengan yakin!"
Storm membelai rambut hitam pacarnya yang rapi itu dengan sedikit tawanya.
"Aku mempercayaimu kak!"
"Aku pasti akan merindukanmu jika kita akan berpisah dalam waktu yang lama!"
Arabels memeluk pacarnya, Storm itu dengan erat diiringi tangisnya yang pecah.
Dia tidak siap jika mereka berdua harus berpisah secepat ini padahal mereka menjalani hubungan tidaklah lama.
Arabels sangat sedih apabila jalan mereka berdua yang diambil adalah perpisahan yang lama untuk ditunggu.
"Jangan khawatir Ara, kau gadisku yang cantik...
"Aku berjanji padamu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti sebelumnya!"
Storm membalas pelukan pacarnya dengan tenang sembari membelai wajah Ara yang menangis sedih.
Storm berjanji jika dia tidak akan pernah mengingkari janjinya lagi. Sebab saat dia dan Lucy, Storm terpaksa harus pergi dikarenakan merasa dia tidaklah pantas bersamanya.
Dan sekarang Storm tidak akan mengulanginya lagi. Dia akan mencoba mencintai Arabels sepenuh hatinya, meski itu mustahil sebab dia bukanlah orang pertama yang mengambil hatinya yang hampa penuh dengan penyesalan tiada akhir.