Cakaran Stalker Fiend di bahu Ren membakar. Rasa sakitnya adalah pengingat konstan akan kerapuhannya. Makhluk-makhluk itu telah mundur, mungkin karena ia terlalu "baru" untuk ditangani, atau karena mereka hanya menikmati memangsanya sebelum membunuh. Apapun alasannya, Ren tahu ia tak punya banyak waktu. Aura anehnya, yang diisyaratkan oleh Abyss, adalah bendera merah di kegelapan ini. Ia adalah anomali, mangsa baru yang menarik perhatian.
Ren beringsut, mencari celah di antara bebatuan jurang yang menjulang. Setiap gerakan terasa berat, tubuh iblis lemahnya masih belum terbiasa dengan berat dan kelenturannya sendiri. Ia menemukan sebuah ceruk kecil yang nyaris tak terlihat, cukup untuk meringkuk dan bersembunyi. Di sana, dikelilingi kegelapan pekat yang hanya bisa ia terangi dengan penglihatan barunya, ia menjilat lukanya yang aneh. Darah kentalnya memiliki kilau keunguan samar.
Pikirannya kembali pada bisikan Abyss dan Pola Panggilan Abyss yang tertanam di benaknya. Melahap Stalker Fiend saat itu terasa lebih menjanjikan, lebih cepat, tetapi kata-kata "tidak efisien" masih menggema. Ia harus mengikuti jalan yang ditawarkan Abyss.
Malam-malam di Layer Lima Ratusan adalah siklus sunyi yang didominasi oleh perburuan. Ren menghabiskan waktu bersembunyi, mengamati. Ia melihat makhluk Tier 1 (Rendah) seperti Gnasher merangkak di dasar jurang, mencari remah-remah. Ia melihat Stalker Fiend Tier 1 (Kuat) bergerak dalam kelompok, mengintai mangsa yang lebih besar. Ada juga makhluk-makhluk Tier 2 (Tengah), seperti Armored Crawler raksasa yang bergerak lambat namun perkasa, yang sesekali berpatroli, membuat makhluk yang lebih rendah terpencar.
Ren mengamati bagaimana para predator itu bergerak, bagaimana mereka melahap mangsa mereka, dan bagaimana mereka kadang-kadang meninggalkan jejak energi aneh di tempat mangsa mereka tewas. Jejak itu redup, nyaris tak terlihat, tapi Ren bisa merasakannya. Itulah sisa-sisa energi yang tak terserap, bukti dari inefisiensi yang Abyss bicarakan.
Beberapa hari (atau mungkin minggu, Ren tak tahu persis) berlalu dengan rasa lapar yang konstan, ketakutan, dan observasi. Tubuh barunya mulai beradaptasi secara perlahan, belajar bergerak lebih lancar, lebih tenang. Ia telah menemukan beberapa Gnasher yang terpisah, cukup untuk menunda rasa laparnya, tapi ia tak pernah melahapnya habis. Ia mengumpulkannya. Ia butuh lebih dari sekadar makanan mentah. Ia butuh ritual.
Kesempatan itu tiba saat sekelompok kecil Stalker Fiend Tier 1 (Kuat) berhasil menjatuhkan seekor Bloodhorn, makhluk Tier 2 (Rendah) yang lebih gemuk dari Bellowbeast. Setelah perburuan yang kejam, Stalker Fiend itu sibuk berebut bangkai, melahapnya dengan brutal. Ren tahu ini saatnya. Ia bergerak diam-diam, memanfaatkan kegelapan dan kekacauan.
Ia tidak mendekati bangkai Bloodhorn. Sebagai gantinya, ia mengincar dua Stalker Fiend yang sedikit menjauh dari kelompok utama, masih berlumuran darah mangsanya. Dengan serangan mendadak yang mengandalkan kecepatan dan kejutan—sesuatu yang baru ia pelajari dari mengamati predator lain—Ren menerjang. Ia lebih cepat dari yang ia kira. Cakar-cakarnya mengoyak leher Stalker Fiend pertama, membungkam jeritannya. Stalker Fiend kedua berbalik, namun Ren sudah menghantamkan tinjunya, mematahkan tengkoraknya dengan suara retakan yang memuaskan.
Kedua bangkai itu masih utuh. Ini adalah yang ia butuhkan. Sambil menyeret dua bangkai Stalker Fiend itu ke ceruk tersembunyinya, Ren merasakan aura Abyss pada dirinya sedikit berfluktuasi, mungkin karena tindakan brutalnya, mungkin karena ia telah menahan diri untuk tidak melahapnya. Ia tak peduli. Ini untuk kekuatan.
Di dalam ceruk, Ren mulai menorehkan Pola Panggilan Abyss yang rumit ke tanah. Setiap garis, setiap lingkaran, terasa seperti memahat energi ke dalam batu. Tangannya bergerak dengan presisi yang aneh, seolah Pola itu hidup di dalam dirinya. Begitu selesai, sebuah cahaya ungu gelap redup mulai berdenyut dari ukiran itu, menghangatkan udara dingin di sekitar Ren.
Ia meletakkan kedua bangkai Stalker Fiend itu di tengah pola. Begitu menyentuh garis-garis bercahaya, tubuh kedua makhluk itu mulai menyusut, bukan membusuk, melainkan energinya tertarik keluar, disedot ke dalam pola, dan kemudian, ke dalam diri Ren. Sensasi itu berbeda total dari melahap. Ini adalah aliran yang terfokus, sebuah infusi kekuatan yang terasa jauh lebih besar daripada total kedua makhluk itu. Seperti sungai energi yang dialirkan langsung ke inti keberadaannya.
Ren merasakan kekuatan membanjiri dirinya. Kekuatan fisiknya melonjak. Ia merasa lebih ringan, namun lebih padat. Otot-ototnya membesar, cakarnya memanjang dan menajam, dan yang paling mencolok, ia merasakan gelombang yang lebih besar dari energi destruktif mengumpul di dalam dirinya. Bisikan Abyss di benaknya kini menjadi lebih jelas, bukan lagi desakan, melainkan resonansi yang memuaskan.
"Kau melampaui. Energi yang terfokus. Potensi yang tumbuh," Abyss bergema.
Ren mencoba mengukur kekuatannya. Ia mengangkat salah satu tangannya. Cakar-cakarnya berkilauan tajam dalam kegelapan. Ia memukulkannya ke dinding jurang. Sebuah retakan besar muncul, lebih dalam dan lebih luas dari yang pernah ia buat sebelumnya. Ia bisa merasakan dirinya kini mampu menyaingi, bahkan mungkin melampaui, makhluk Tier 2 (Kuat). Ia belum mencapai Tier 3, namun lompatan dari kelemahannya sebelumnya sangat signifikan.
Yang lebih penting dari peningkatan kekuatan fisiknya, adalah pemahaman. Ren kini merasakan koneksi yang lebih dalam dengan Abyss. Bukan hanya suara yang berbicara, melainkan sebuah kehadiran—kesadaran tak berbentuk yang ada di mana-mana di dalam jurang ini. Setiap ritual memberinya akses yang lebih besar ke dalamnya, seolah ia sedang menyentuh pikiran entitas yang sangat besar. Ada rasa lapar yang tak terbatas di dalam pikiran Abyss, sebuah keinginan untuk tumbuh, untuk melahap, untuk menghancurkan, dan Ren kini adalah bagian dari instrumennya.
Ia bukan lagi mangsa yang tak berdaya. Ia adalah predator yang belajar, murid dari sebuah jurang hidup. Layer Lima Ratusan adalah gurun pasir yang brutal, namun Ren kini memiliki alat untuk menguasainya. Perjalanannya baru saja dimulai, dan ia tahu, di kedalaman jurang ini, ada rahasia yang jauh lebih besar menunggunya.